Rabu, 05 Juni 2013

Diposting oleh : Ermawati Darmika (Palopo, Sulawesi Selatan)


: Posted on Rabu, 05 Juni 2013 - 21.07

Informasi Kesehatan: Andropause atau menopause pada laki-laki, terkadang bahasa sehari-hari disebut juga dengan istilah "man-opause", adalah nama yang digunakan di beberapa bagian dunia untuk menyebutkan gejala-gejala yang muncul saat terjadinya proses penuaan pada pria. Andropause memiliki beberapa kemiripan dengan gejala menopause pada wanita. Andropause mungkin terkait dengan penurunan lambat tapi stabil dari produksi hormon testosteron dan dehydroepiandrosterone pada pria paruh baya, dan konsekuensi dari pengurangan tersebut. Hal ini juga dikaitkan dengan penurunan dalam sel Leydig. Sebuah penurunan mantap dalam kadar testosteron dengan usia (baik pada pria maupun wanita) didokumentasikan dengan baik. Tidak seperti "menopause", kata "andropause" saat ini tidak diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia dan klasifikasi ICD-10 medis. Sementara kata-kata kadang-kadang digunakan secara bergantian, hipogonadisme keadaan kekurangan di mana hormon testosteron berjalan di bawah kisaran normal bahkan untuk proses penuaan pada laki-laki.
Andropause. Medical Line
Para Pria Bersiaplah Hadapi Andropause, Apa Itu?

Bila perempuan bisa mengalami menopause yang berarti masa berhentinya menstruasi, hal serupa juga dialami kaum pria. Inilah yang biasa disebut andropause. Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani, yaitu andro yang berarti pria dan pause yang artinya penghentian. Jadi, andropause dapat diartikan sebagai berhentinya proses fisiologis pada pria. Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia di mana terjadi penurunan kemampuan fisik, seksual dan psikologi. Sindrom Andropause merupakan sindrom penurunan kemampuan fisik, seksual, dan psikologi yang dihubungkan dengan berkurangnya hormon testosteron dalam darah, andropause terjadi pada pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita.

Berbeda dengan wanita yang mengalami menopause, dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen dan siklus haid yang akan berhenti. Pada pria penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon-hormon lainnya terjadi secara perlahan dan bertahap. Walaupun istilah andropause secara biologik salah, tetapi istilah ini sudah populer sehingga sering digunakan.

Pada wanita menopause, produksi ovum, produksi hormon estrogen, dan siklus haid akan berhenti dengan cara relatif mendadak. Namun pada pria di atas umur tengah baya, penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron, dan hormon-hormon lainnya sedemikian perlahan. Perubahan hormon yang terjadi pada pria usia lanjut tersebut sangat bervariasi dari satu individu ke individu yang lain dan biasanya tidak sampai menyebabkan hipogonadisme yang berat. Andropause pada umumnya terjadi pada usia sekitar 40-60 tahun, tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Kemunculan Andropause biasanya ditandai dengan gejala tertentu, bisa berupa intonasi suara menjadi lebih tinggi, rambut menipis atau botak, kelebihan lemak terutama di bagian perut dan paha sehingga timbul rasa kurang percaya diri. Selain itu, derajat kesehatan juga cenderung menurun. Beberapa keluhan fisik mulai kerap muncul seperti gangguan pencernaan, insomnia (susah tidur), rasa letih, pegal, dan lain-lain. Ia juga kerap merasa gelisah, tegang, dan lekas marah secara tiba-tiba atau emosi tidak terkontrol, karena merasa tidak nyaman pada perubahan ini.

Gejala-gejala tersebut memang serba tidak mengenakkan. "Dan semua gejala ini tidak dapat diobati. Kita hanya bisa berupaya agar gejala-gejala itu tidak datang lebih awal, dan menekan risikonya agar lebih minim," kata dokter Karmini Sri Mastuti SpOG, spesialis kandungan dari RSAB Harapan Kita.

Untuk itu, Karmini memberi beberapa saran. Salah satunya, pilih makanan yang kaya protein, terutama protein nabati (tumbuhan). Misalnya, protein dari kedelai. Ini bisa Anda peroleh dari tahu, tempe, atau susu kedelai. Sebaliknya, kurangi konsumsi lemak hewani karena mengandung asam lemak jenuh dan kalori yang tinggi. Selain itu, berolahragalah secara teratur dengan intensitas sedang selama kurang lebih 30 menit, dengan frekuensi 3-5 hari setiap minggu. Olahraga, menurut Karmini, dapat menurunkan tekanan darah tinggi, mengurangi obesitas (kegemukan), dan merehabilitasi osteoporosis (pengeroposan tulang). ''Lakukan juga pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin,'' sarannya.

fk.uns.ac.id, www.republika.co.id

Produk dan Peralatan kesehatan yang Anda butuhkan :
PERLENGKAPAN OLAHRAGA
PERALATAN MEDIS

Share this article :

Copyright © 2013. Medical Line | Template by Full Blog Design | Proudly powered by Blogger
Medical Line