IUD (Intrauterine Device) atau yang biasa dikenal dengan sebutan spiral, belakangan makin banyak dikampanyekan sebagai salah satu metode pengendali kelahiran paling yahud. Selain sangat efektif, IUD juga murah, mudah dipakai dan bisa mencegah kehamilan dalam waktu paling lama (kira-kira 10 tahun).
Terlepas dari semua kelebihan itu, sayangnya popularitas IUD masih kalah jauh dibandingkan pil KB. Untuk itu, para wanita perlu tahu berbagai fakta tentang IUD berikut ini:
1. Bukan alat KB hormonal
Karena masa efektifnya lama, banyak wanita berasumsi bila IUD hanyalah bentuk lain dari kontrasepsi hormonal. Kendati begitu, sebenarnya IUD ada yang berbentuk hormonal (di AS tersedia Mirena dan Skyla), dan ada juga yang bebas hormon yaitu ParaGard IUD. IUD hormonal pun hanya mengandung progestin dalam dosis rendah, bahkan lebih rendah dibanding pil-pil KB yang beredar di luaran. Jadi IUD ini pas digunakan oleh wanita-wanita yang sering bermasalah dengan efek samping pil KB seperti penambahan berat badan atau mood yang berubah-ubah.
2. Tidak menyebabkan infeksi
Dulu IUD sering dituding menyebabkan infeksi atau membuat infeksi makin parah. Tapi menurut Dr Sara Pentlicky, asisten profesor obstetri dan ginekologi dari Perelman School of Medicine, University of Pennsylvania, memang benar wanita yang menderita peradangan pada pinggulnya tak bisa serta-merta menggunakan IUD, karena ia harus dipastikan sembuh dari gangguan kesehatannya tersebut. Mereka juga harus berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter untuk memastikan apakah IUD merupakan alat KB yang pas untuknya atau tidak.
3. Tak bisa mengendalikan jerawat
Salah satu bonus nyata dari penggunaan pil KB adalah obat ini dapat membantu meredakan jerawat. Namun manfaat ini tak diperoleh pengguna IUD. "Seperti ParaGard IUD yang tak mengandung hormon, maka ini takkan berpengaruh pada jerawat," tandas Dr. Amy Bryant, asisten profesor obstetri dan ginekologi dari University of North Carolina. Lagipula satu-satunya jenis pil KB yang disetujui peredarannya oleh FDA sebagai obat jerawat hanyalah 'pil kombinasi', yang mengandung estrogen sekaligus progesterone. Sedangkan Mirena IUD hanya mengandung progesterone dalam dosis rendah, sehingga tentu takkan ada efeknya terhadap jerawat.
4. Kram itu hal biasa
"Sangat wajar bila pasien mengalami kram setelah dokter memasukkan IUD ke tubuh. Biasanya dalam kurun 24-48 jam pertama. Tapi ada juga yang merasakan kram lebih lama, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, sesuai adaptasi tubuh mereka," kata Bryant. Namun Bryant mengingatkan makin lama kramnya, ada kemungkinan wanita yang menggunakan ParaGard IUD makin berisiko merasakan nyeri yang lebih hebat saat menstruasi. Sebaliknya IUD hormonal justru membantu mengatasi nyeri haid dan pendarahan hebat.
5. Siklus haid akan berhenti
Beberapa studi menemukan IUD tak hanya mengurangi pendarahan hebat saat haid hingga 90 persen beberapa bulan setelah digunakan, namun juga menyebabkan seorang wanita berhenti dari siklus haidnya. Konon 20 persen pengguna IUD akan berhenti mens di tahun pertama setelah memakai IUD, 50 persen di tahun kedua dan 80 persen di tahun ketiga. "Bagi sebagian wanita ini membuatnya nyaman, tapi mungkin beberapa wanita lainnya ingin rutin haid tiap bulan," imbuh Pentlicky.
6. Karena ukurannya kecil, wajar jika jatuh
"IUD rentan jatuh atau bergeser dari posisinya semula, meski risikonya relatif kecil yaitu sekitar tiga persen," tutur Bryant. Kalaupun iya, mungkin ini hanya sering terjadi di bulan-bulan pertama pasca pemasangan IUD. Dan paling mungkin terjatuh ketika wanita yang memakainya sedang menstruasi. Sayangnya tak ada cara untuk memprediksi IUD yang dipakai seorang wanita bisa bergeser atau tidak, meski telah dipasang dengan benar. Hanya saja ada beberapa pakar yang mengatakan Skyla, jenis IUD terbaru yang disetujui FDA, lebih baik dipakai wanita muda atau wanita yang belum pernah punya anak karena ukurannya lebih kecil dan memiliki tabung pemasangan yang lebih sempit. "Tapi sekali lagi sebelum memilih IUD, pastikan Anda sudah berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu," tegas Bryant.
7. Bisa dicabut sewaktu-waktu
Kendati efektif dalam waktu lama, yaitu antara 2-12 tahun, Planned Parenthood menjelaskan bahwa IUD bukanlah kontrasepsi yang permanen dan tidak juga menyebabkan kemandulan. Setelah diangkat, seorang wanita bisa langsung dibuahi kembali. Dan tidak seperti pil KB, IUD tidak menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur yang sudah matang ke indung telur dan siap dibuahi sperma).
health.detik.com
Produk dan Peralatan kesehatan yang Anda butuhkan :
PERLENGKAPAN OLAHRAGA
PERALATAN MEDIS